Langsung ke konten utama

Puisi keindahan Alam

NYANYIAN PERTIWI

Gp : M.Adrian

Sebut sekata, tampaklah negeri dengan keasrian yang tersirat pada alam membentang luas bagaikan lautan…

Tertanam pula embun-embun kehidupan di setiap sudut pertiwiku

Goresan-goresan lembut terukir syahdu bersama empat elemen yang bersatu

Pertiwiku…

Kemana awak kian memandang disitulah kehijauan terhampar

Batang nan kokoh tegak bagaikan punggawa pembawa kedamaian

Akar menjulang tanda pertiwiku telah siap berjuang…

Rimbun dedaunan, hijau bagai sekeping nirwana dalam bola kehidupan

Hai manusia bernoda bernoktah

Jangan kau rusak pertiwiku dengan si tajam si pembelah

Jangan kau biarkan si jago merah melahap pertiwiku dengan buasnya

Tahukah kau ?

Pertiwiku menangis menanggung nestapa

Nestapa luka yang kau ukir dengan bengisnya

Biarlah…

biarlah kepingan nirwana itu tumbuh dalam asuhan pencipta-Nya

Rawatlah pertiwiku dalam dekapan penuh cinta

Biarlah…

Pertiwiku menjulang kokoh sebagai pelindung nusantara

Karena ia…

Anugerah tuhan yang terindah sepanjang cerita…

 

Medan, 16 oktober 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Jalanan

"LAGU JALANAN" gp: M. Adrian Roda-roda terhenti terdesak dalam kilaunya surya Terlihat, ia mengampir bertegur dengan santunnya Bertutur dalam melodi yang berirama mengusik jiwa Jari menari dalam getaran-getaran harmonika… Nada bergelombang tak kurun dalam masa Mentoreh harap dengan welas dalam kantungnya Mengakhiri kata kerana tanda sudah menyapa Mungilnya itu terulur dalam cokelat usangnya… kini… Ia kembali bercengkerama dengan cakrawala Mencari jejak yang sirna ditelan gulita…. Medan, 15 Desember 2015

Puisi Asap Riau

AWAN   KELABU GP: M. ADRIAN Hembusan nestapa tersirat dibawa angin dengan sekejap mata Membalut cakrawala biru dalam dekapan Sang Penentu Membuka gerbang derita yang tertutup langit kelabu Menutup asa bagi makhluk-makhluk tak berdosa Aku,   menjerit dalam carut marut nusantara…. Menghempaskan resah yang bercampur dalam debu Menguak permainan elok penuh kebencian karena mu Kau bunuh aku, dengan segenggam bara dalam kata Negeriku, tak mampu berdiri di atas awan Tak sanggup duduk dalam menghirup kematian Nusantaraku, tak menciptakan kegelapan dalam kepelitaan Tak menghentikan tawa dalam ruang-ruang keharmonisan Sungguh tega,Kau siksa aku dengan asap-asap yang kau semai Kau tusuk sukmaku dalam diam tak berkawan Kuucapkan selamat datang pada mu sang puan dan tuan Yang membuat negeriku dalam lautan air tangisan….     Medan, 21 November 2015