Langsung ke konten utama

Puisi Asap Riau

AWAN  KELABU

GP: M. ADRIAN

Hembusan nestapa tersirat dibawa angin dengan sekejap mata

Membalut cakrawala biru dalam dekapan Sang Penentu

Membuka gerbang derita yang tertutup langit kelabu

Menutup asa bagi makhluk-makhluk tak berdosa

Aku,  menjerit dalam carut marut nusantara….

Menghempaskan resah yang bercampur dalam debu

Menguak permainan elok penuh kebencian karena mu

Kau bunuh aku, dengan segenggam bara dalam kata

Negeriku, tak mampu berdiri di atas awan

Tak sanggup duduk dalam menghirup kematian

Nusantaraku, tak menciptakan kegelapan dalam kepelitaan

Tak menghentikan tawa dalam ruang-ruang keharmonisan

Sungguh tega,Kau siksa aku dengan asap-asap yang kau semai

Kau tusuk sukmaku dalam diam tak berkawan

Kuucapkan selamat datang pada mu sang puan dan tuan

Yang membuat negeriku dalam lautan air tangisan….

 

 

Medan, 21 November 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi keindahan Alam

NYANYIAN PERTIWI Gp : M.Adrian Sebut sekata, tampaklah negeri dengan keasrian yang tersirat pada alam membentang luas bagaikan lautan… Tertanam pula embun-embun kehidupan di setiap sudut pertiwiku Goresan-goresan lembut terukir syahdu bersama empat elemen yang bersatu Pertiwiku… Kemana awak kian memandang disitulah kehijauan terhampar Batang nan kokoh tegak bagaikan punggawa pembawa kedamaian Akar menjulang tanda pertiwiku telah siap berjuang… Rimbun dedaunan, hijau bagai sekeping nirwana dalam bola kehidupan Hai manusia bernoda bernoktah Jangan kau rusak pertiwiku dengan si tajam si pembelah Jangan kau biarkan si jago merah melahap pertiwiku dengan buasnya Tahukah kau ? Pertiwiku menangis menanggung nestapa Nestapa luka yang kau ukir dengan bengisnya Biarlah… biarlah kepingan nirwana itu tumbuh dalam asuhan pencipta-Nya Rawatlah pertiwiku dalam dekapa

Puisi Jalanan

"LAGU JALANAN" gp: M. Adrian Roda-roda terhenti terdesak dalam kilaunya surya Terlihat, ia mengampir bertegur dengan santunnya Bertutur dalam melodi yang berirama mengusik jiwa Jari menari dalam getaran-getaran harmonika… Nada bergelombang tak kurun dalam masa Mentoreh harap dengan welas dalam kantungnya Mengakhiri kata kerana tanda sudah menyapa Mungilnya itu terulur dalam cokelat usangnya… kini… Ia kembali bercengkerama dengan cakrawala Mencari jejak yang sirna ditelan gulita…. Medan, 15 Desember 2015